Jumat, 09 Juli 2010

LINGKUNGAN HIDUP

a. MAAFKAN AKU

ayam-ayamku

maafkan aku

hari ini tidak ada nasi untuk mu

ibu han dapat rezeki sedikit

ayam-ayamku

jangan marah!

Kuminta tetaplah kau bertelur

Karena hanya dengan telurmu aku dapat bersekolah

Ayam-ayamku

Apabila besok Tuhan melimpahkan berkat-Nya

Untukmu:

Kan kuberi sekantong jagung.

(Surytun,kelas VI SD Kristen II Magelang

JL.Jend. A. YaniNo.30 magelang)

b. KUPU-KUPU

Alangkah eloknya warna mu

Terbang kian kemari

Di antara bunga-bunga

Mencari madu

Kadang ku lihat engkau berayun-ayun

Di tangkai dan daun-daun

Atau berkejaran bersama teman mu

Kupu-kupu

Alangkah senang aku melihat mu

Dapatkah aku memiliki sayap indah

Seperti sayapmu?

(Sigit BK. Kelas 6 SD Palmerah, Jakarta,

Keluarga, 1981)

c. KUNANG-KUNANG

Wahai kunang-kunang

Kau adalah bintang alam

Terbang menerangi jalan senantiasa

Karena pelitamu tak pernah padam

Wahai kunang-kunang

Di mana kah tempat tinggal mu?

Aku ingin bertamu k rumah mu

Karena aku senag pada mu

(Yanti, SMP Kristen kelas 3 A, jlan pangkuruan No.75,

Banyumas, sinar harapan, 7 Maret 1979)

d. AIR

DI mana kau air?

Semua mencari mu

Tanpa drimu…

Orang akan mati karena haus

Tumbuhan menjadi lemas dan layu

Dari pejabat tinggi, rendah…

Sampai pengemis pun

Kau akan di cari

Memang kau tirta

Sanagt di butuhkan oleh semua

Tapi kehadiran mu yang berlimpah

Banayak membuat manusia susah

Bagai mana tidak….

Rumah, tanaman dan ternak

Bias abis karena kau marah

(Endang Sarwih H. kelas II SDK Gayam, Jakarta.

Gatotkaca, NO. 8. 20 PAril 1979)

e.ANGGREKKU SAYANG

Anggrekku kini sedang berbunga

Baunya harum kemana-kemana

Semua yang melihatnya akan tergoda

Datanglah adikku merengek-rengek

Minta di petikan bunga itu

Aku sedih tapi aku juga kasihan pada adikku

Sebab aku tidak tega melihat adikku menangis

Lalu ku petikan Satu

Bunga itu seperti orang yang menangis

Hatiku sangat pilu melihatnya

Oh, bunga anggrekku

Maffkan daku ini

Karena kesalahan ku memetik mu

Demi adikku yang ku sayang

Dan daku pun sayang pada mu.

(Mimin Ulfah Amini, SD Leuweunggajah III, Ciledug,

Cirebon,No.1/IX, 11 April 1981)

f. HUTAN

Oh, hutanku

Betapa rimbunnya kau

Di sana lah para satwa-satwa berteduh

Dan mencari makan

tumbuhan pun hidup bebas

Dan kau pun yang menyediakan udara segar untuk makhluk hidup

Oh, hutanku

Kenapa kau sekarang semakin sedikit?

Mungkin ini ulah para manusia

Yang tidak bertanggung jawab

Oh, hutanku

Semenjak kau semakin sedikit

Para satwa langka pun punah

Karena ulah manusia

Yang tak bernaggug jawab

Dan udara di bumi ini pun semakin tercemar

(Anton Sujarwo P, SMK YKTB 1 kelas 11, Bogor)

PUISI PERJUANGAN

Puisi Perjuangan I

Maju

Ini barisan tak bergenderang-berpalu

Kepercayaan tanda menyerbu.

Sekali berarti

Sudah itu mati.

MAJU

Bagimu Negeri

Menyediakan api.

Punah di atas menghamba

Binasa di atas ditindas

Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai

Jika hidup harus merasai

Maju

Serbu

Serang

Terjang

Puisi Perjuangan II

Karawang-Bekasi

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi

tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.

Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,

terbayang kami maju dan mendegap hati ?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi

Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.

Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa

Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan

Tapi adalah kepunyaanmu

Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan

atau tidak untuk apa-apa,

Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata

Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi

Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami

Teruskan, teruskan jiwa kami

Menjaga Bung Karno

menjaga Bung Hatta

menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat

Berikan kami arti

Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami

yang tinggal tulang-tulang diliputi debu

Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi


Puisi Perjuangan III

PAHLAWAN TAK DIKENAL

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring

Tetapi bukan tidur, sayang

Sebuah lubang peluru bundar di dadanya

Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang

Dia tidak ingat bilamana dia datang

Kedua lengannya memeluk senapang

Dia tidak tahu untuk siapa dia datang

Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang

wajah sunyi setengah tengadah

Menangkap sepi padang senja

Dunia tambah beku di tengah derap dan suara merdu

Dia masih sangat muda

Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun

Orang-orang ingin kembali memandangnya

Sambil merangkai karangan bunga

Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring

Tetapi bukan tidur, sayang

Sebuah peluru bundar di dadanya

Senyum bekunya mau berkata : aku sangat muda


pahlawan untuk indonesiaku

demi negeri
kau korbankan waktumu
demi bangsa
rela kau taruhkan nyawamu
maut menghadang didepan
kau bilang itu hiburan

nampak raut wajahmu
tak segelintir rasa takut
semangat membara dijiwamu
taklukkan mereka penghalang negeri

hari-harimu diwarnai
pembunuhan, pembantaian
dihiasi bunga-bunga api
mengalir sungai darah disekitarmu
bahkan tak jarang mata air darah itu
muncul dari tubuhmu
namun tak dapat
runtuhkan tebing semangat juangmu

bambu runcing yang setia menemanimu
kaki telanjang tak beralas
pakain dengan seribu wangi
basah dibadan kering dibadan
kini menghantarkan indonesia
kedalam istana kemerdekaan